
Lingkungan kerja adalah ruang di mana individu berkumpul untuk mencapai tujuan bersama, namun setiap individu membawa karakter, nilai, dan motivasi pribadi yang seringkali memengaruhi dinamika dalam tim. Dalam konteks ini, muncul berbagai perilaku yang dapat membangun atau justru merusak hubungan kerja, seperti penjilatan dan sikap play victim.
Penjilatan adalah tindakan di mana seseorang memanfaatkan pujian berlebihan, manipulasi, atau kedekatan personal dengan atasan untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Di sisi lain, play victim adalah pola perilaku di mana seseorang cenderung menyalahkan keadaan, orang lain, atau faktor eksternal atas kegagalan atau masalah yang dihadapinya, alih-alih mengambil tanggung jawab.
Kedua sikap ini tidak hanya berbahaya bagi pengembangan individu, tetapi juga berdampak buruk pada produktivitas dan suasana kerja. Oleh karena itu, memahami akar, dampak, dan cara menghindarinya menjadi langkah penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan profesional.
1. Penjilatan: Memahami Akar MasalahnyaPenjilatan sering kali muncul dari rasa tidak aman atau keinginan untuk mendapatkan pengakuan instan. Orang yang merasa bahwa kompetensi mereka tidak cukup kuat untuk bersaing secara sehat mungkin memilih jalan pintas dengan cara mendekati atasan secara berlebihan. Hal ini bisa dilakukan melalui pujian yang tidak tulus, sok akrab, atau mendukung segala keputusan atasan tanpa mempertimbangkan logika.
Namun, akar dari penjilatan sering kali adalah ketidakpercayaan diri. Alih-alih meningkatkan kemampuan atau memberikan kontribusi nyata, penjilat mengandalkan relasi personal untuk meraih kesuksesan. Sayangnya, ini adalah strategi jangka pendek yang jarang membawa hasil positif dalam jangka panjang.
2. Play Victim: Mengapa Orang Memilih Menyalahkan Keadaan?Play victim adalah salah satu mekanisme pertahanan diri untuk menghindari rasa malu atau tanggung jawab. Dalam dunia kerja, sikap ini sering muncul ketika seseorang menghadapi tekanan tinggi atau kegagalan dalam mencapai target. Alih-alih menerima kesalahan dan mencari solusi, individu dengan mentalitas ini cenderung menyalahkan kolega, kondisi kerja, atau bahkan aturan perusahaan.
Sikap ini bisa berakar pada kebiasaan yang dibangun sejak kecil, di mana individu terbiasa menghindari konflik dengan cara mengalihkan tanggung jawab. Dalam lingkungan kerja, hal ini menjadi masalah besar karena dapat merusak kepercayaan dalam tim dan memperburuk konflik internal.
3. Dampak Negatif PenjilatanPenjilatan mungkin memberikan manfaat sementara bagi pelakunya, tetapi efek jangka panjangnya sangat merugikan. Di tingkat individu, penjilat sering kehilangan rasa hormat dari rekan kerja karena dianggap tidak tulus atau manipulatif. Mereka juga kehilangan kesempatan untuk berkembang karena lebih fokus pada strategi pendekatan personal daripada peningkatan kompetensi.
Di tingkat organisasi, penjilatan menciptakan ketidakadilan dan rasa tidak nyaman. Ketika seseorang mendapatkan keuntungan karena kedekatan dengan atasan, bukan karena kontribusi nyata, hal ini memicu kecemburuan dan mengurangi semangat kerja. Lebih buruk lagi, pengambilan keputusan yang didasarkan pada informasi yang tidak objektif dari penjilat dapat merugikan perusahaan secara keseluruhan.
4. Dampak Negatif Sikap Play VictimPlay victim mungkin memberikan pelarian sementara dari rasa bersalah, tetapi dampaknya merugikan dalam banyak aspek. Orang yang sering berperan sebagai korban cenderung kehilangan kepercayaan dari atasan dan kolega. Mereka dianggap tidak bisa diandalkan karena selalu mencari kambing hitam ketika menghadapi masalah.
Selain itu, sikap ini menghambat pertumbuhan pribadi. Tanpa kemampuan untuk menerima tanggung jawab dan belajar dari kesalahan, individu dengan mentalitas play victim akan kesulitan untuk berkembang dalam kariernya. Di tingkat organisasi, play victim dapat menciptakan atmosfer negatif, di mana kesalahan terus-menerus dilemparkan dari satu pihak ke pihak lain tanpa ada solusi yang jelas.
5. Membangun Integritas di Tempat KerjaMenghindari perilaku penjilatan dan play victim membutuhkan komitmen untuk membangun integritas. Integritas berarti bertindak sesuai dengan nilai dan prinsip yang benar, bahkan ketika tidak ada yang melihat. Di tempat kerja, ini berarti mengambil tanggung jawab atas tindakan, berbicara dengan jujur, dan berusaha memberikan kontribusi nyata.
Membangun integritas juga membutuhkan keberanian untuk mengakui kesalahan dan belajar darinya. Ini adalah langkah penting dalam pengembangan profesional, karena menunjukkan bahwa seseorang memiliki kedewasaan dan kemauan untuk terus berkembang.
6. Menghargai Kompetensi dan KontribusiSalah satu cara untuk mencegah penjilatan adalah dengan menciptakan budaya kerja yang menghargai kompetensi dan kontribusi. Ketika penghargaan diberikan berdasarkan hasil kerja nyata, bukan hubungan personal, maka penjilatan tidak akan memiliki tempat.
Pemimpin memiliki peran penting dalam menciptakan budaya ini. Dengan memberikan umpan balik yang objektif dan menghindari perlakuan istimewa, mereka dapat mendorong karyawan untuk fokus pada peningkatan kinerja daripada mencari cara pintas.
7. Mengatasi Mentalitas Play VictimMengubah mentalitas play victim membutuhkan upaya untuk mengembangkan pola pikir bertanggung jawab. Individu perlu belajar untuk melihat masalah sebagai peluang untuk belajar, bukan sebagai ancaman. Hal ini bisa dimulai dengan refleksi diri, bertanya pada diri sendiri apa yang bisa diperbaiki, dan mencari solusi daripada menyalahkan orang lain.
Dukungan dari rekan kerja dan atasan juga penting. Dengan memberikan umpan balik konstruktif dan membimbing individu yang cenderung play victim, mereka dapat belajar untuk mengubah pola pikir mereka.
8. Menjaga Profesionalisme dalam Hubungan KerjaLingkungan kerja yang sehat adalah tempat di mana hubungan dibangun berdasarkan profesionalisme, bukan manipulasi. Ini berarti menghormati setiap individu atas kontribusinya, menjaga komunikasi yang jujur, dan menghindari tindakan yang merugikan orang lain demi keuntungan pribadi.
Profesionalisme juga berarti fokus pada tujuan bersama daripada agenda pribadi. Ketika setiap individu dalam tim memiliki komitmen terhadap visi yang sama, maka dinamika kerja akan menjadi lebih harmonis dan produktif.
9. Menghadapi Orang yang PlayVictim dan Penjilat.Menghadapi orang yang cenderung menjilat (penjilat) dan bermental play victim dengan pendekatan satire memerlukan kecerdikan agar pesan tersampaikan tanpa menimbulkan konflik terbuka. Berikut adalah beberapa cara cerdas yang bisa digunakan:
Gunakan Sindiran Halus Tentang Kualitas KerjaJika seseorang menjilat untuk menarik perhatian atasan, Anda bisa menyindir dengan halus:
"Wah, dengan kemampuan memuji seperti itu, rasanya tidak perlu lagi ya bikin laporan mingguan. Hasil pujian sudah cukup menjelaskan kontribusi?"Sindiran ini menyoroti bahwa keberhasilan lebih dihargai dari kerja nyata, bukan kata-kata.
Angkat Fakta dengan HumorKetika si penjilat membesar-besarkan pujian atau si play victim terus-menerus mengeluh, Anda bisa berkomentar dengan humor:
"Kalau semua masalah memang bukan salah kamu, mungkin sebaiknya kita semua mulai bertanya sama takdir, ya?"
"Bisa kasih kursus singkat cara memuji seperti kamu? Sepertinya atasan kita makin bahagia setiap hari."
Buat Pertanyaan Retoris yang MenggugahUntuk penjilat:
"Wah, kalau semua keputusan atasan selalu benar, kenapa kita butuh evaluasi tiap bulan?"Untuk play victim:
"Pasti berat banget, ya, hidup jadi orang yang selalu benar tapi dunia terus-terusan salah?"
Tegaskan Dengan Sarkasme SantaiKetika seseorang bermental play victim, Anda bisa mengatakan:
"Kamu pasti sudah lelah sekali, ya, harus menghadapi dunia yang selalu salah paham sama kamu."
"Kalau masalah datang, jangan khawatir. Kita bisa semua sepakat aja kalau ini memang salah siapa pun kecuali kamu."
Bawa Pembicaraan ke Realita dengan Humor RinganUntuk penjilat yang memuji berlebihan:
"Wah, kalau ini kompetisi pidato sanjungan, kamu pasti juaranya. Sayang, kita di sini kan tempat kerja."Untuk play victim:
"Kamu ini kayak pemain sinetron, loh. Selalu punya cerita dramatis yang bikin semua orang jadi kasihan."
Penjilatan dan play victim adalah dua perilaku yang merusak integritas, hubungan kerja, dan produktivitas di tempat kerja. Untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat, setiap individu perlu menghindari sikap ini dan berkomitmen untuk membangun integritas, tanggung jawab, dan profesionalisme.
Melalui refleksi diri, pengembangan kompetensi, dan dukungan dari tim, setiap orang dapat berkontribusi untuk menciptakan budaya kerja yang adil dan harmonis. Ingatlah bahwa keberhasilan sejati tidak datang dari manipulasi atau menyalahkan orang lain, tetapi dari kerja keras, dedikasi, dan ketulusan dalam setiap tindakan.